Bukanlah suatu hal yang
langka ketika sebuah perusahaan dalam menjual produknya menggunakan strategi
berupa pemberian doorprize yang
diundi dan dibagikan secara cuma-cuma kepada para customer yang membeli sebuah produk, misalkan handphone, yang sedang dipasarkan. Hal tersebut dilakukan agar
produk yang dipasarkan cepat habis terjual, dapat digunakan oleh para customer-nya dan yang terpenting
perusahan berhasil mencapai target penjualan yang diharapkan sehingga
mempengaruhi juga terhadap pendapatan perusahaan. Pada akhirnya, tentu produk
tersebut menjadi topik perbincangan di kalangan para customer-nya maupun calon customer
yang sedang membutuhkan produk yang dipasarkan seperti yang dicontohkan di
atas. Bahkan apabila produk tersebut mempunyai kaulitas dan kuantitas yang
cukup baik, customer yang telah
membeli produk tersebut tentunya akan merekomendasikannya kepada calon customer yang membutuhkan atau akan
membeli jenis produk tersebut.
Percaya atau tidak, hal
yang sama terjadi juga di dunia pendidikan. Di sebuah kota di Jawa Timur, jika
memberikan peralatan sekolah seperti seragam lengkap, sepatu dan tas sudah
menjadi rahasia publik, terdapat juga beberapa sekolah yang ditemukan memberikan
doorprize kepada orang tua calon siswa atau calon siswa itu sendiri apabila
mendaftar di sekolah tersebut. Dikatakan bahwa doorprize tersebut berupa barang-barang elektronik seperti kipas
angin, hand-phone, dan bahkan lemari
es. Doorprize tersebut diundi dan
dibagikan setelah siswa yang telah mendaftar sudah benar-benar menjadi siswa di
sekolah tersebut. Di kota lain, dikatakan bahwa sekolah memberikan beberapa
kilogram beras kepada orang tua apabila mensekolahkan putra/putrinya di sekolah
tersebut. Hal tersebut dilakukan jauh sebelum siswa yang bersangkutan akan
melakukan ujian nasionalnya. Hal ini dilakukan agar bisa bersaing dengan
sekolah-sekolah lainnya dalam mendapatkan jumlah siswa yang banyak mengingat
semakin meningkatnya sekolah-sekolah baru yang muncul.
Persaingan untuk
mendapatkan jumlah siswa yang banyak atau hanya untuk memenuhi target sesuai
dengan jumlah kuota yang disediakan membuat banyak sekolah memunculkan ide-ide
kreatif agar jumlah penerimaan siswa yang mereka dapatkan tidak menurun atau
bahkan bila perlu meningkat. Karena, salah satu alasan yang sering dijumpai,
jumlah siswa yang dimiliki sebuah sekolah mempengaruhi jumlah Bantuan
Operasional Sekolah yang akan diperoleh dari pemerintah. Berdasarkan Juknis BOS
2016 disebutkan bahwa untuk tingkat SD/MI/SDLB setiap siswa mendapatkan bantuan
Rp. 800.000,00 per tahun, untuk tingkat SMP/MTs/SMPLB Rp. 1.000.000,00 per
tahun, dan tingkat SMA/MA/SMK/SMLB Rp. 1.400.000,00 per tahun. Ironisnya, sudah
menjadi rahasia umum ketika bantuan tersebut di dalam pengelolaannya agak
sedikit melenceng dari Juklak dan Juknis yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Persaingan di dunia
pendidikan dalam hal mendapatkan jumlah siswa sebaiknya dilakukan dengan
ide-ide kreatif yang melibatkan kemampuan guru dan siswa dalam bidang baik
akademik maupun non-akademik seperti meningkatkan kemampuan guru dan siswa di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang yang mereka suka,
dan memfasilitasi guru dan siswa untuk meningkatkan bakat dan keterampilan yang
mereka miliki dalam bidang olahraga, seni dan keterampilan sehingga nantinya
akan secara otomatis dapat meningkatkan kualitas sekolah dan mempengaruhi
jumlah siswa yang akan diterima. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, semua hal
tersebut membutuhkan dana dan upaya yang tidak sedikit, namun bukan berarti
adalah suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Kita bisa melakukan hal
yang kecil terlebih dahulu sebagai starting
point, misalnya memanfaatkan fasilitas yang sudah dimiliki oleh sekolah
seperti koneksi internet, mengingat hampir setiap sekolah sudah memiliki
koneksi internet, dan fasilitas-fasilitas yang lain.
Ide-ide kreatif yang
muncul sebagai hasil dari upaya guru dan siswa dalam meningkatkan kemampuan
mereka baik dalam bidang akademik maupun non-akademik akan lebih berdampak
signifikan terhadap perolehan siswa daripada memberikan sesuatu yang hanya
terlihat seperti iming-iming. Namun,
juga tidak bisa dipungkiri bahwa iming-iming
tersebut juga perlu dilakukan jika melihat masyarakat kita yang cenderung
mudah tergoda dengan hal-hal demikian. Dengan catatan bahwa hal-hal tersebut dapat
bersifat real dan memberikan dampak
yang nyata terhadap peningkatan kualitas sekolah, guru, dan siswa.
0 komentar:
Posting Komentar