Selasa, 01 Maret 2016

Kompetisi

Bukanlah suatu hal yang langka ketika sebuah perusahaan dalam menjual produknya menggunakan strategi berupa pemberian doorprize yang diundi dan dibagikan secara cuma-cuma kepada para customer yang membeli sebuah produk, misalkan handphone, yang sedang dipasarkan. Hal tersebut dilakukan agar produk yang dipasarkan cepat habis terjual, dapat digunakan oleh para customer-nya dan yang terpenting perusahan berhasil mencapai target penjualan yang diharapkan sehingga mempengaruhi juga terhadap pendapatan perusahaan. Pada akhirnya, tentu produk tersebut menjadi topik perbincangan di kalangan para customer-nya maupun calon customer yang sedang membutuhkan produk yang dipasarkan seperti yang dicontohkan di atas. Bahkan apabila produk tersebut mempunyai kaulitas dan kuantitas yang cukup baik, customer yang telah membeli produk tersebut tentunya akan merekomendasikannya kepada calon customer yang membutuhkan atau akan membeli jenis produk tersebut.
Percaya atau tidak, hal yang sama terjadi juga di dunia pendidikan. Di sebuah kota di Jawa Timur, jika memberikan peralatan sekolah seperti seragam lengkap, sepatu dan tas sudah menjadi rahasia publik, terdapat juga beberapa sekolah yang ditemukan memberikan doorprize kepada orang tua calon siswa atau calon siswa itu sendiri apabila mendaftar di sekolah tersebut. Dikatakan bahwa doorprize tersebut berupa barang-barang elektronik seperti kipas angin, hand-phone, dan bahkan lemari es. Doorprize tersebut diundi dan dibagikan setelah siswa yang telah mendaftar sudah benar-benar menjadi siswa di sekolah tersebut. Di kota lain, dikatakan bahwa sekolah memberikan beberapa kilogram beras kepada orang tua apabila mensekolahkan putra/putrinya di sekolah tersebut. Hal tersebut dilakukan jauh sebelum siswa yang bersangkutan akan melakukan ujian nasionalnya. Hal ini dilakukan agar bisa bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya dalam mendapatkan jumlah siswa yang banyak mengingat semakin meningkatnya sekolah-sekolah baru yang muncul.
Persaingan untuk mendapatkan jumlah siswa yang banyak atau hanya untuk memenuhi target sesuai dengan jumlah kuota yang disediakan membuat banyak sekolah memunculkan ide-ide kreatif agar jumlah penerimaan siswa yang mereka dapatkan tidak menurun atau bahkan bila perlu meningkat. Karena, salah satu alasan yang sering dijumpai, jumlah siswa yang dimiliki sebuah sekolah mempengaruhi jumlah Bantuan Operasional Sekolah yang akan diperoleh dari pemerintah. Berdasarkan Juknis BOS 2016 disebutkan bahwa untuk tingkat SD/MI/SDLB setiap siswa mendapatkan bantuan Rp. 800.000,00 per tahun, untuk tingkat SMP/MTs/SMPLB Rp. 1.000.000,00 per tahun, dan tingkat SMA/MA/SMK/SMLB Rp. 1.400.000,00 per tahun. Ironisnya, sudah menjadi rahasia umum ketika bantuan tersebut di dalam pengelolaannya agak sedikit melenceng dari Juklak dan Juknis yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Persaingan di dunia pendidikan dalam hal mendapatkan jumlah siswa sebaiknya dilakukan dengan ide-ide kreatif yang melibatkan kemampuan guru dan siswa dalam bidang baik akademik maupun non-akademik seperti meningkatkan kemampuan guru dan siswa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang yang mereka suka, dan memfasilitasi guru dan siswa untuk meningkatkan bakat dan keterampilan yang mereka miliki dalam bidang olahraga, seni dan keterampilan sehingga nantinya akan secara otomatis dapat meningkatkan kualitas sekolah dan mempengaruhi jumlah siswa yang akan diterima. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, semua hal tersebut membutuhkan dana dan upaya yang tidak sedikit, namun bukan berarti adalah suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Kita bisa melakukan hal yang kecil terlebih dahulu sebagai starting point, misalnya memanfaatkan fasilitas yang sudah dimiliki oleh sekolah seperti koneksi internet, mengingat hampir setiap sekolah sudah memiliki koneksi internet, dan fasilitas-fasilitas yang lain.
Ide-ide kreatif yang muncul sebagai hasil dari upaya guru dan siswa dalam meningkatkan kemampuan mereka baik dalam bidang akademik maupun non-akademik akan lebih berdampak signifikan terhadap perolehan siswa daripada memberikan sesuatu yang hanya terlihat seperti iming-iming. Namun, juga tidak bisa dipungkiri bahwa iming-iming tersebut juga perlu dilakukan jika melihat masyarakat kita yang cenderung mudah tergoda dengan hal-hal demikian. Dengan catatan bahwa hal-hal tersebut dapat bersifat real dan memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan kualitas sekolah, guru, dan siswa.

0 komentar:

Posting Komentar